Berdasarkan Mekanisme Debet dan Kredit - Berikut ini materi lengkapnya :
Pencatatan Transaksi Debet dan Kredit
1. Sumber Pencatatan
Setiap transaksi keuangan mengakibatkan perubahan posisi keuangan. Oleh
karena itu, harus disertai dengan bukti-bukti pencatatan. Dalam hal ini,
banyak sedikitnya bukti-bukti pencatatan bergantung pada besar kecilnya
kegiatan usaha suatu perusahaan. Macam-macam bukti pencatatan, di
antaranya sebagai berikut.
a. Nota kontan, adalah bukti transaksi jual beli yang dilakukan secara tunai.
b. Nota kredit, adalah bukti mengkredit perkiraan tertentu kepada langganan (retur penjualan).
c. Nota debet, adalah bukti mendebet perkiraan tertentu kepada langganan (retur pembelian).
d. Kuitansi, adalah bukti transaksi untuk pembayaran sejumlah uang.
e. Faktur, adalah bukti transaksi penjualan atau pembelian yang dilakukan secara kredit.
2. Analisis Transaksi Keuangan terhadap Aktiva, Kewajiban, dan Modal
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa setiap transaksi keuangan
yang terjadi pada suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap aktiva,
kewajiban, dan modal. Pengaruh transaksi keuangan yang terjadi pada
perusahaan dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Penambahan Perkiraan Aktiva Diimbangi dengan Penambahan Perkiraan Modal Pemilik Misalnya, terjadi transaksi berikut.
1) Tuan Kuntoro menyetorkan uang sebesar Rp40.000.000,00 sebagai modal
awal usaha bengkel motor. Pengaruh transaksi tersebut, yaitu aktiva
berupa kas bertambah dan modal pemilik juga bertambah sebesar
Rp40.000.000,00.
2) Diperoleh pendapatan jasa mereparasi motor sebesar Rp5.000.000,00.
Pengaruh transaksi tersebut, yaitu aktiva berupa kas bertambah dan modal
pemilik juga bertambah sebesar Rp5.000.000,00.
b. Penambahan Perkiraan Aktiva Diimbangi dengan Penambahan Perkiraan Kewajiban
Misalnya, dibeli perlengkapan kantor sebesar Rp3.000.000,00 secara
kredit. Pengaruh transaksi tersebut, yaitu aktiva berupa perlengkapan
kantor bertambah dan kewajiban berupa utang usaha juga bertambah sebesar
Rp3.000.000,00.
c. Pengurangan Perkiraan Aktiva Diimbangi dengan Pengurangan Perkiraan Modal Pemilik
Misalnya, terjadi transaksi berikut.
1) Dibayar beban gaji karyawan sebesar Rp1.000.000,00. Pengaruh
transaksi tersebut, yaitu aktiva berupa kas berkurang dan modal pemilik
juga berkurang sebesar Rp1.000.000,00.
2) Dibayar beban sewa gedung sebesar Rp3.000.000,00. Pengaruh transaksi
tersebut, yaitu aktiva berupa kas berkurang dan modal pemilik juga
berkurang sebesar Rp3.000.000,00.
3) Tuan Kuntoro mengambil uang kas untuk keperluan pribadinya sebesar
Rp500.000,00. Pengaruh transaksi tersebut, yaitu aktiva berupa uang kas
dan modal pemilik berkurang sebesar Rp500.000,00.
d. Pengurangan Perkiraan Aktiva Diimbangi dengan Pengurangan Perkiraan Kewajiban
Misalnya, dibayar utang kepada kreditor sebesar Rp2.500.000,00. Pengaruh
transaksi tersebut, yaitu aktiva berupa kas dan kewajiban berupa utang
usaha berkurang sebesar Rp2.500.000,00.
e. Penambahan Perkiraan Aktiva Diimbangi dengan Pengurangan Perkiraan Aktiva Lainnya
Misalnya, dibeli peralatan bengkel seharga Rp50.000.000,00 secara tunai.
Pengaruh transaksi tersebut, yaitu aktiva berupa peralatan bertambah
dan aktiva berupa kas berkurang sebesar Rp50.000.000,00. Selain
transaksi-transaksi tersebut, terdapat juga beberapa transaksi lain yang
dapat mempengaruhi aktiva, kewajiban, dan modal seperti berikut.
a. Penambahan Perkiraan Aktiva Diimbangi dengan Pengurangan Perkiraan Aktiva Lainnya dan Penambahan Perkiraan Kewajiban
Misalnya, dibeli aktiva berupa mesin seharga Rp30.000.000,00.
Pembayarannya dilakukan secara tunai sebesar Rp20.000.000,00 dan sisanya
akan dibayar bulan depan. Pengaruh transaksi tersebut, yaitu aktiva
berupa mesin bertambah sebesar Rp30.000.000,00 yang di imbangi dengan
berkurangnya aktiva berupa kas sebesar Rp20.000.000,00 dan bertambahnya
kewajiban berupa utang usaha bertambah sebesar Rp10.000.000,00.
b. Penambahan Perkiraan Aktiva Diimbangi dengan Penambahan Perkiraan Kewajiban dan Modal Pemilik
Misalnya, dibeli perlengkapan salon sebesar Rp5.000.000,00. Dari jumlah
tersebut sebesar Rp1.500.000,00 dibayar tunai dari uang pribadi pemilik
dan sebesar Rp3.500.000,00 dibayar secara kredit dari uang perusahaan.
Pengaruh transaksi tersebut, yaitu aktiva berupa perlengkapan salon
bertambah sebesar Rp5.000.000,00 dan kewajiban berupa utang usaha
bertambah sebesar Rp3.500.000,00 serta modal pemilik bertambah sebesar
Rp1.500.000,00.
c. Penambahan Perkiraan Modal Diimbangi dengan Pengurangan Perkiraan Kewajiban
Misalnya, Tuan Ramli membayar utang usaha perusahaan dengan uang
pribadinya sebesar Rp7.000.000,00. Pengaruh transaksi tersebut, yaitu
modal pemilik bertambah dan kewajiban berupa utang usaha berkurang
sebesar Rp7.000.000,00.
3. Cara Mendebet dan Mengkredit Perkiraan Aktiva, Kewajian, Modal, Pendapatan, dan Beban
Setiap transaksi pada suatu perusahaan paling sedikit akan mempengaruhi
dua perkiraan. Artinya, akibat transaksi tersebut akan dicatat paling
sedikit dalam dua perkiraan dengan jumlah yang seimbang.
Adapun peraturan dalam mendebet dan mengkredit perkiraan aktiva, kewajiban, dan modal, yaitu sebagai berikut.
a. Perkiraan Aktiva
Dicatat di debet jika terjadi penambahan dan dicatat di kredit jika terjadi pengurangan.
b. Perkiraan Kewajiban
Dicatat di debet jika terjadi pengurangan dan dicatat di kredit jika terjadi penambahan.
c. Perkiraan Modal
Dicatat di debet jika terjadi pengurangan dan dicatat di kredit jika terjadi penambahan.
Transaksi yang menyebabkan modal pemilik bertambah, di antaranya:
a. pemilik menambah investasinya untuk modal perusahaan;
b. diperoleh pendapatan dari operasi perusahaan.
Adapun transaksi yang menyebabkan modal pemilik berkurang, di antaranya:
a. pemilik melakukan pengambilan pribadi, baik berupa uang atau aktiva lain untuk keperluan pribadinya;
b. adanya beban yang dikeluarkan untuk membiayai operasi perusahaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penambahan atau pengurangan
pada sisi debet dan pada sisi kredit bergantung pada sifat perkiraan
yang bersangkutan.
Berkaitan dengan perkiraan modal, terdapat perkiraan pembantu modal.
Perkiraan ini digunakan untuk mencatat perubahan yang terjadi pada modal
akibat adanya pendapatan, beban, dan pengambilan pribadi (prive).
Perkiraan pendapatan, beban, dan pengambilan pribadi dibuat untuk
sementara selama periode pembukuan, sebelum dibukukan pada perkiraan
modal. Perkiraan-perkiraan pembantu modal memiliki sifat-sifat seperti
berikut.
a. Pendapatan, merupakan unsur penambah modal. Perkiraan ini di kredit
untuk setiap pendapatan yang diterima perusahaan. Nama perkiraannya
disesuaikan dengan jenis pendapatannya. Misalnya pendapatan jasa
reparasi, pendapatan sewa, dan pendapatan bunga.
b. Beban, merupakan unsur pengurang modal. Perkiraan ini di debet untuk
setiap beban yang dikeluarkan perusahaan. Nama per kiraannya disesuaikan
dengan jenis bebannya. Misalnya beban sewa, beban bunga, beban gaji,
dan beban listrik.
c. Pengambilan pribadi (prive), merupakan unsur pengurang modal.
Perkiraan ini di debet untuk setiap pengambilan pribadi. Nama
perkiraannya disesuaikan dengan nama pemiliknya, misalnya pengambilan
pribadi Nona Amara.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan peraturan pendebetan,
pengkreditan, dan saldo normal perkiraan aktiva, kewajiban, modal,
pendapatan, dan beban seperti pada Tabel 1. berikut.
Tabel 1. Aturan Pendebetan, Pengkreditan, dan Saldo Normal Perkiraan
Jenis
Perkiraan
|
Penambahan
|
Pengurangan
|
Saldo
Normal
|
Aktiva
|
Debet
|
Kredit
|
Debet
|
Kewajiban
|
Kredit
|
Debet
|
Kredit
|
Modal
|
Kredit
|
Debet
|
Kredit
|
Pendapatan
|
Kredit
|
Debet
|
Kredit
|
Beban
|
Debet
|
Kredit
|
Debet
|
4. Mencatat Transaksi atau Dokumen ke Dalam Jurnal Umum
a. Pengertian Jurnal
Sebelum pengaruh dari suatu transaksi dimasukkan ke dalam suatu
perkiraan, terlebih dahulu dimasukkan ke dalam suatu catatan yang
disebut jurnal. Kegiatan pencatatan transaksi ke dalam jurnal disebut
penjurnalan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil
risiko kesalahan dalam pencatatan. Adapun langkah-langkah penjurnalan,
yaitu sebagai berikut.
1) Catat nama perkiraan dan jumlah yang harus dicatat di debet.
2) Di sebelah kanan bawah perkiraan tersebut, catat nama perkiraan dan jumlah yang harus di kredit.
Semua transaksi yang terjadi harus dicatat ke dalam jurnal pada hari itu
juga dan pada waktu tertentu dipindahkan ke dalam perkiraan yang
bersangkutan di buku besar. Dengan demikian, jurnal memberikan gambaran
secara kronologis (berdasarkan urutan waktu) dari seluruh transaksi yang
terjadi pada suatu perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, jurnal dapat diartikan sebagai catatan
semua bukti transaksi secara kronologis dengan menyebutkan judul
perkiraan yang harus di debet dan di kredit disertai jumlahnya
masing-masing serta keterangan singkat dari transaksi tersebut. Oleh
karena itu, jurnal merupakan catatan pertama dari transaksi yang terjadi
sehingga jurnal disebut juga buku pencatatan asli atau book of original
entry. Dengan demikian, urutan-urutan pencatatan transaksi dapat
digambarkan seperti berikut.
b. Bentuk Jurnal
Bentuk dan macam jurnal yang digunakan oleh suatu perusahaan bergantung
pada besar kecilnya perusahaan dan sifat operasi perusahaan yang
bersangkutan. Dari bentuk-bentuk jurnal yang ada, bentuk jurnal dua
lajur merupakan bentuk jurnal yang paling sederhana dan dapat digunakan
untuk mencatat semua transaksi secara kronologis. Oleh karena itu,
bentuk jurnal ini biasa disebut jurnal umum (general journal). Bentuk
jurnal umum, yaitu seperti berikut.
Jurnal Umum
Keterangan:
1) Lajur tanggal, diisi dengan:
- tahun terjadinya transaksi yang ditulis di bagian atas pada setiap halaman;
- bulan terjadinya transaksi yang ditulis pada setiap halaman;
- tanggal ditulis pada baris pertama yang digunakan untuk mencatat
setiap transaksi. Jika pada tanggal yang sama terjadi beberapa
transaksi, tanggal cukup ditulis satu kali.
2) Lajur keterangan, diisi dengan:
- perkiraan yang harus di debet;
- perkiraan yang harus di kredit ditulis agak ke sebelah kanan (menjorok) di bawah perkiraan yang di debet;
- penjelasan singkat tentang transaksi yang ditulis di bawah setiap ayat
jurnal. Adapun transaksi yang sifatnya sudah jelas, penjelasannya dapat
dihilangkan.
3) Lajur ref. (referensi), diisi dengan nomor perkiraan yang
bersangkutan. Lajur ref. (referensi) digunakan pada saat jurnal
dibukukan (di-posting) ke perkiraan yang bersangkutan di buku besar.
4) Lajur debet dan kredit diisi dengan jumlah uang sesuai dengan hasil analisis transaksi.
5) Penulisan satu ayat jurnal dengan ayat jurnal berikutnya sebaiknya
diberi jarak satu baris agar setiap ayat jurnal terpisah dengan jelas.
Sebelum melakukan penjurnalan, setiap transaksi harus dianalisis
terlebih dahulu. Langkah-langkah menganalisis suatu transaksi, yaitu
sebagai berikut.
1) Menentukan pengaruh suatu transaksi terhadap aktiva, kewajiban, modal, pendapatan, atau beban.
2) Menentukan pengaruh transaksi, apakah menambah atau mengurangi aktiva, kewajiban, modal, pendapatan, atau beban.
3) Menentukan letak pencatatan di sebelah debet atau kredit, pengaruh
transaksi tersebut harus dicatat pada kelompok perkiraan aktiva,
kewajiban, modal, pendapatan, atau beban.
Berikut contoh, hasil analisis, dan jurnal dari transaksi yang terjadi pada kasus Salon Cantik.
Transaksi 1
Pada 1 Desember 2007, Nona Amalia mendirikan usaha salon kecantikan yang
diberi nama Salon Cantik. Nona Amalia menyetorkan uang sebesar
Rp80.000.000,00 untuk modal perusahaan.
Analisis:
Transaksi penyetoran modal tersebut akan menambah aktiva berupa kas
sehingga perkiraan kas harus dicatat di debet sebesar Rp80.000.000,00.
Selain itu, modal pemilik (modal Nona Amalia) juga akan bertambah
sehingga modal pemilik harus dicatat di kredit sebesar Rp80.000.000,00.
Transaksi 2
Pada 1 Desember 2007, Nona Amalia menyewa sebuah gedung untuk usaha salon kecantikannya sebesar Rp6.000.000.00 untuk satu tahun.
Analisis:
Transaksi sewa gedung tersebut menyebabkan beban sewa bertambah sehingga
harus dicatat di debet sebesar Rp6.000.000,00 dan kas berkurang
sehingga harus dicatat di kredit sebesar Rp6.000.000,00.
Transaksi 3
Pada 3 Desember 2007, Nona Amalia membeli peralatan salon seharga Rp45.000.000,00.
Analisis:
Transaksi pembelian peralatan salon tersebut menyebabkan jumlah aktiva
berupa peralatan salon bertambah sehingga perkiraan peralatan salon
harus dicatat di debet sebesar Rp45.000.000,00 dan perkiraan kas
berkurang sehingga harus dicatat di kredit sebesar Rp45.000.000,00.
Transaksi 4
Pada 4 Desember 2007, Nona Amalia membeli perlengkapan salon kecantikan secara kredit sebesar Rp6.000.000,00.
Analisis:
Transaksi pembelian perlengkapan tersebut menyebabkan perlengkapan salon
bertambah sehingga harus dicatat di debet sebesar Rp6.000.000,00 dan
utang usaha bertambah sehingga harus dicatat di kredit sebesar
Rp6.000.000,00.
Transaksi 5
Pada tanggal 7 Desember 2007, diperoleh pendapatan jasa merias pengantin sebesar Rp8.000.000,00.
Analisis:
Transaksi penerimaan pendapatan jasa tersebut menyebabkan kas bertambah
sehingga harus dicatat di debet sebesar Rp8.000.000,00 dan pendapatan
salon bertambah sehingga harus dicatat di kredit sebesar Rp8.000.000,00.
Transaksi 6
Pada 9 Desember 2007, dibayar utang usaha kepada kreditor sebesar Rp2.500.000,00.
Analisis:
Transaksi pembayaran utang usaha tersebut menyebabkan utang usaha
berkurang sehingga harus dicatat di debet sebesar Rp2.500.000,00 dan kas
berkurang sehingga harus dicatat di kredit sebesar Rp2.500.000,00.
Transaksi 7
Pada 12 Desember 2007, diterima pendapatan jasa mencuci dan memotong rambut pelanggan sebesar Rp500.000,00.
Analisis:
Transaksi penerimaan jasa tersebut menyebabkan kas bertambah sehingga
harus dicatat di debet sebesar Rp500.000,00 dan pendapatan salon
bertambah sehingga harus dicatat di kredit sebesar Rp500.000,00.
Transaksi 8
Pada 15 Desember 2007, diterima pinjaman dari bank sebesar Rp10.000.000.00.
Analisis:
Transaksi peminjaman uang ke bank tersebut menyebabkan kas bertambah
sehingga harus dicatat di debet sebesar Rp10.000.000,00 dan utang usaha
bertambah sehingga harus dicatat di kredit sebesar Rp10.000.000,00.
Transaksi 9
Pada 19 Desember 2007, dibayar tagihan rekening listrik dan telepon masing-masing Rp250.000,00 dan Rp150.000,00.
Analisis:
Transaksi pembayaran tagihan listrik dan telepon tersebut menyebabkan
beban listrik dan beban telepon bertambah sehingga harus dicatat di
debet sebesar Rp250.000,00 dan Rp150.000,00. Adapun kas berkurang
sehingga harus dicatat di kredit sebesar Rp400.000,00.
Transaksi 10
Pada 20 Desember 2007, dibayar beban iklan di surat kabar untuk 10 kali penayangan sebesar Rp1.500.000,00.
Analisis:
Transaksi pembayaran beban iklan tersebut menyebabkan beban iklan
bertambah sehingga harus dicatat di debet sebesar Rp1.500.000,00 dan kas
berkurang sehingga dicatat di kredit sebesar Rp1.500.000,00.
Transaksi 11
Pada 25 Desember 2007, diselesaikan jasa merias gedung rapat sebesar
Rp2.000.000,00. Jasa tersebut akan dibayar pada 30 Januari 2008.
Analisis:
Transaksi penyelesaian jasa tersebut menyebabkan piutang usaha bertambah
sehingga harus dicatat di debet sebesar Rp2.000.000,00 dan pendapatan
salon bertambah sehingga harus dicatat di kredit sebesar Rp2.000.000,00.
Transaksi 12
Pada 28 Desember 2007, dibayar gaji sebesar Rp3.000.000,00.
Analisis:
Transaksi pembayaran gaji tersebut menyebabkan beban gaji bertambah
sehingga harus dicatat di debet sebesar Rp3.000.000,00 dan kas berkurang
sehingga harus dicatat di kredit sebesar Rp3.000.000,000.
Transaksi 13
Pada 29 Desember 2007, Nona Amalia mengambil uang kas sebesar Rp1.000.000,00 untuk keperluan pribadi.
Analisis:
Transaksi pengambilan uang perkiraan prive (pengambilan pribadi) Nona
Amalia bertambah sehingga harus dicatat di debet sebesar Rp1.000.000,00
dan kas berkurang sehingga harus dicatat di kredit sebesar
Rp1.000.000,00.
Transaksi 14
Pada 30 Desember 2007, diterima piutang usaha atas transaksi 25 Januari sebesar Rp2.000.000,00.
Analisis:
Transaksi penerimaan piutang usaha tersebut menyebabkan kas bertambah
sehingga harus dicatat di debet sebesar Rp2.000.000,00 dan piutang usaha
berkurang sehingga harus dicatat di kredit sebesar Rp2.000.000,00.
Berdasarkan analisis transaksi tersebut, dibuat jurnal umum sebagai berikut.
Anda sekarang sudah mengetahui Pencatatan Transaksi. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Widjajanta, B., A. Widyaningsih, dan H. Tanuatmojo. 2009. Mengasah
Kemampuan Ekonomi 2 : Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Mandrasah
Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 146.
0 komentar:
Posting Komentar