Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem
pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1.
Sistem fisik (physical inventory
system)
2.
Sistem Perpetual (perpetual
inventory system)
Sistem
Fisik (Physical Inventory System)
Sistem
persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan
dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik
tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang
ada ditangan. Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas
persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi. Cara perhitungan harga
pokok penjualan dilakukan seperti berikut ini:
Persediaan barang dagang pada awal periode Rp.
xxx
Pembelian Rp. xxx
Biaya angkut pembelian Rp. xxx
Rp.
xxx
Retur
& pot. Pembelian ( Rp. xxx )
Pembelian
bersih Rp.
xxx
Barang
tersedia untuk dijual Rp.
xxx
Persediaan
akhir periode ( Rp. xxx )
Harga
pokok penjualan Rp. xxx
Ciri-ciri
sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :
ü Pemasukan
dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam
suatu catatan tertentu.
ü Pembelian
barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
ü Perhitungan
persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan
dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
Sistem
ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan
persediaan, karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan
manajemen tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
Sistem
Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem
persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan
terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar
harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan
(kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap
jenis persediaan, memuat nama barang, tempat penyimpanan barang, kode barang
dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian
(pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo persediaan
Ciri-ciri
pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
ü Setiap
terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan barang.
ü Setiap
terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat mengkredit persediaan sejumlah
harga pokok penjualan.
ü Setiap
saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau saldo persediaan.
Sistem
perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi
karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi
perhitungan fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan
barang.
Perbedaan
pencatatan transaksi persediaan barang pada metode fisik dan perpetual secara
rinci pada tabel berikut:
Perbedaan
Metode Phisik dan Perpetual
TRANSAKSI
|
METODE PHISIK
|
METODE PERPETUAL
|
Pembelian
|
Pembelian
Utang Dagang/Kas
|
Persediaan
barang
Utang
dagang/Kas
|
Pembayaran
Biaya Angkut Pembelian
|
Beban
Angkut Pembelian
Kas
|
Persediaan
barang dagang
Kas
|
Penjualan
|
Kas/Piutang
Dagang
Penjualan
|
Kas/Piutang
Dagang
Penjualan
(Menurut
harga Jual)
Harga
Pokok Penjualan
Persediaan barang dagang
(Menurut
harga pokok)
|
Utang
Dagang/Kas
Retur Pembelian & PH
|
Utang dagang/Kas
Persediaan barang dag
|
|
Retur
Penjualan & Potongan Harga
|
Retur
Penjualan & PH
Kas/Piutang Dagang
|
Retur
Penjualan & PH
Kas/Piutang
(Menurut
Harga jual)
Persediaan
barang dagang
HPP
(Menurut
Harga Pokok/perolehan)
|
Pembayaran
utang dalam periode/masa potongan
|
Utang
Dagang
Potongan Pembelian
Kas
|
Utang
Dagang
Persediaan barang dagang
Kas
|
Penerimaan piutang dalam periode / masa potongan
|
Kas
Potongan
Penjualan
Piutang Dagang
|
Kas
Potongan
Penjualan
Piutang Dagang
|
Pembayaran
biaya angkut penjualan
|
Beban
angkut penjualan
Kas
|
Beban
angkut penjualan
Kas
|
Perhitungan
HPP
|
Seperti yang
dijelaskan di atas
|
HPP
akan dihitung berdasarkan kartu persediaan barang
|
Penyesuaian
Persediaan akhir
|
Iktisar L/R
Persediaan
barang dag
Persediaan barang dag
Ikhtisar L/R
|
Tidak
perlu penyesuaian kecuali jika terdapat koreksi yang perlu disesuaiakan
|
Berikut
ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun
belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti
pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.
Transaksi
|
Sistem Periodik
|
Sistem Perpetual
|
||||||
1.
|
Membeli
barang dag. secara. kredit Rp 10.000
|
Pembelian
Hutang
|
10.000
|
10.000 |
Pers. Brg Dag
Hutang
|
10.000
|
10.000 |
|
2.
|
Retur
pemb.
Rp 500
|
Hutang
Retur Pemb.
|
500
|
500 |
Hutang
Pers. Brg Dag
|
500
|
500 |
|
3.
|
Terdapat barang yang dijual. Harga
jual Rp 4.000 dan HP barang Rp 1.500
|
Piutang/Kas
Penjualan
|
4.000
|
4.000 |
Piutang/Kas
Penjualan
HPP
Pers. Brg Dag
|
4.000
1.500
|
4.000
1.500
|
|
4.
|
Pada akhir tahun
|
Mutlak harus dilakukan inventarisasi fisik karena tanpa
inventarisasi fisik barang, tidak dapat diketahui persediaan yang ada
|
Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan,
namun inventarisasi perlu dilakukan
|
|||||
Misalkan menurut perhitungan fisik pd akhir thn saldo
persediaan Rp 200 & pd awal tahun Rp 150.
|
Ikhtisar L/R
Pers. B.D.
Pers B.D
Ikhtisar L/R
|
150
200
|
150
200
|
Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo
rekening persediaan, perusahaan perlu membuat jurnal, jika sama tidak perlu membuat jurnal.
|
||||
a. Menurut
system periodic terdapat beberapa cara,seperti berikut ini:
1.
Metode Identifikasi Khusus (Speciafic identification method)
Metode
harga pokok yang didasarkan atas metode identifikasi khusus adalah suatu metode
penilaian harga yang didasarkan atas nilai perolehan dari barang yang
sesungguhnya. Penggunaan metode ini biasanya dipakai untuk barang yang tidak
banyak unitnya (kuantitasnya) dan harganya pun cukup mahal.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan
Januari 2010 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.750
unit @ Rp. 6.000/unit
Jan. 5 Pembelian 1.000
unit @ Rp. 6.200/unit
Jan. 10 Pembelian 2.000
unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 15 Pembelian 1.500
unit @ Rp. 6.400/unit
Jan. 20 Pembelian 3.000
unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 25 Pembelian 2.500
unit @ Rp. 6.500/unit
Jan. 30 Pembelian 2.000
unit @ Rp. 6.400/unit
Berdasarkan inventarisasi
secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 30 Januari 2010 sebanyak
3.000 unit, terdiri dari : Pembelian tanggal 30 Januari 50 %, pembelian tanggal
25 Januari 25% dan selebihnya pembelian tanggal 5 Januari 2010.
Tentukan nilai perediaan
tanggal 31 Januari 2010 dengan metode tanda pengenal khusus!
Jawab:
Nilai persediaan pada
tanggal 31 Januari 2010 adalah :
1.500 x Rp. 6.400 = Rp. 9.600.000
750 x Rp. 6.500 = Rp. 4.875.000
750 x Rp. 6.200 = Rp. 4.650.000
3.000 unit
Rp.19.125.000
2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
(First In First Out)
Metode First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian
persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar
pertama kali pula. Pada umumnya perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode
ini perhitungannya sangat sederhana baik sistem fisik maupun sistem perpetual
akan menghasilkan penilaian persediaan yang sama.
Cara
menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut :
Persediaan
awal
xxx
Pembelian
xxx +
Tersedia
untuk
dijual
xxx
Penjualan
xxx –
Persediaan
akhir
xxx
Metode
FIFO yang didasarkan atas sistem fisik, nilai persediaan akhir ditentukan
dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang
terakhir kali masuk, bila saldo fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit
terakhir masuk maka sisanya diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk
sebelumnya. Sedangkan pada sistem perpetual pencatatan persediaan dilakukan
secara terus menerus dalam kartu persediaan. Pada sistem ini apabila ada transaksi
penjualan maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok penjualan
dan yang kedua mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti berikut ini :
Kas/
Piutang
Dagang
xxx
Penjualan
xxx
HPP
xxx
Persediaan
barang
xxx
3. Metode Masuk
Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out)
Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian
persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama
kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan.
Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan laba bersih usaha, jika
harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
Metode
LIFO secara sistem fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan
harga pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik
ternyata lebih besar dari barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan
dari harga pokok perunit yang masuk berikutnya. Sedangkan dengan sistem
perpetual, setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dicatat
dalam kartu persediaan.
4.
Metode rata-rata
a.
Rata-rata sederhana
Dalam
metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah harga per
unit setiap kali pembelian dibagi dengan jumlah atau frekwensi pembeliaannya.
Biaya perunit = Total harga perunit pembelian
Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir = Persediaan akhir x biaya
perunit
Harga pokok penjualan = unit yang dikeluarkan x biaya
perunit
b.
Rata-rata tertimbang
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung
dengan cara: jumlah total nilai pembelian dibagi dengan total unit yang dibeli.
Biaya perunit
= Jumlah harga perunit x banyaknya
unit
Banyaknya Unit
Nilai persediaan akhir
= persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan = unit yang dikeluarkan x biaya
perunit
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan
Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.000
unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10 Pembelian 800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18 Penjualan 900 unit
Jan. 20 Pembelian 700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27 Penjualan 500 unit
Tentukan nilai persediaan
tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah 1.100 unit.
dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata sederhana, rata-rata tertimbang!
Jawab:
a.
FIFO
Jumlah persediaan 1.100 unit
terdiri dari:
Pembelian tgl 20 Januari 2011 =
700 x Rp. 600 = Rp. 420.000
Pembelian tgl 20 Januari 2011 = 400 x Rp. 550 = Rp. 220.000
Jumlah 1.100 Rp. 640.000
b.
LIFO
Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:
Persediaan tgl 1 Januari 2011 = 1.000 x Rp. 500 = Rp. 500.000
Pembelian tgl 10 Januari 2011 = 100 x Rp. 550 = Rp. 55.000
Jumlah 1.100 Rp. 555.000
c.
Rata-Rata Sederhana
Jumlah persediaan 1.100 unit
Harga rata-rata per unit:
Rp. 500 + Rp. 550 + Rp. 600
=
Rp. 550
3
Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit
adalah:
1.100 x Rp. 550 = Rp.
605.000
d. Rata-Rata Tertimbang
Jumlah persediaan 1.100 unit
Harga rata-rata per unit:
(1.000 x Rp. 500) + (800 x Rp. 550) + (700 x Rp. 600)
1000
+ 800 + 700
= (Rp. 500.000 + Rp. 440.000 + Rp. 420.000) : 2.500 = Rp. 544
Jadi besarnya
nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
1.100 x Rp. 544 = Rp.
598.400
b. Menurut system Perpetual
Jika
perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok barang yang
dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual barang. Untuk
mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok ini digunakan suatu kartu yang
lazim disebut Kartu Persediaan. Satu jenis barang disediakan satu Kartu. Dengan
demikian sistem ini baru cocok untuk persediaan yang nilainya tinggi.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan
Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.000
unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10 Pembelian 800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18 Penjualan 900 unit
Jan. 20 Pembelian 700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27 Penjualan 500 unit
Tentukan nilai persediaan
tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah 1.100 unit.
dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata bergerak !
a. Metode FIFO:
Dalam metode
ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang pertama kali masuk dari
pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.
Tgl
|
Ket
|
Diterima
|
Dikeluarkan
|
Persediaan (saldo)
|
||||||
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
||
Jan
1
|
Persediaan
|
1000
|
500
|
500.000
|
||||||
10
|
Pembelian
|
800
|
550
|
440.000
|
1000
800
|
500
550
|
500.000
440.000
|
|||
18
|
Dijual
|
900
|
500
|
450.000
|
100
800
|
500
550
|
50.000
440.000
|
|||
20
|
Pembelian
|
700
|
600
|
420.000
|
100
800
700
|
500
550
600
|
50.000
440.000
420.000
|
|||
27
|
Dijual
|
100
400
|
500
550
|
50.000
275.000
|
400
700
|
550
600
|
220.000
420.000
|
Dari
kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
400 @ Rp. 550 = Rp. 220.000
400 @ Rp. 550 = Rp. 220.000
700 @ Rp. 600 =
Rp. 420.000
1.100 Rp. 640.000
b. Metode LIFO:
Dalam metode
ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang terakhir masuk dari
pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.
Tgl
|
Ket
|
Diterima
|
Dikeluarkan
|
Persediaan (saldo)
|
||||||
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
||
Jan1
|
Persediaan
|
1000
|
500
|
500.000
|
||||||
10
|
Pembelian
|
800
|
550
|
440.000
|
1000
800
|
500
550
|
500.000
440.000
|
|||
18
|
Dijual
|
800
100
|
550
500
|
440.000
50.000
|
900
|
500
|
450.000
|
|||
20
|
Pembelian
|
700
|
600
|
420.000
|
900
700
|
500
600
|
450.000
420.000
|
|||
27
|
Dijual
|
500
|
600
|
300.000
|
900
200
|
500
600
|
450.000
120.000
|
Dari
kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
900 @ Rp. 500 = Rp. 450.000
900 @ Rp. 500 = Rp. 450.000
200 @ Rp. 600 =
Rp. 120.000
1.100 Rp. 570.000
c.
Metode
Rata-Rata Bergerak:
Metode
rata-rata yang digunakan pada metode perpetual ini biasanya disebut dengan
Rata-rata bergerak. Dikatakan bergerak karena harga per unit persediaan selalu
bergerak / berubah sesuai dengan terjadinya perubahan / mutasi pada jumlah unit
persediaan yang dimiliki perusahaan. Berikut ini bentuk kartu persediaan
dengan metode rata-rata bergerak:
Tgl
|
Diterima
|
Dikeluarkan
|
Persediaan (saldo)
|
||||||
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
|
Jan1
|
1000
|
500
|
500.000
|
||||||
10
|
800
|
550
|
440.000
|
1800
|
522,2
|
940.000
|
|||
18
|
900
|
522,2
|
469.980
|
900
|
522,2
|
469,980
|
|||
20
|
700
|
600
|
420.000
|
1.600
|
556,2
|
889,980
|
|||
27
|
500
|
556,2
|
278.100
|
1.100
|
556,2
|
611.820
|
Dari
harga perhitungan diatas maka besarnya nilai persediaan sebanyak 1.100 unit
adalah sebesar Rp. 611.820
LATIHAN
Pilihan ganda !
1.
Persediaan adalah barang berwujud
milik perusahan yang.............
a.
Tersedia untuk dijual (barang jadi
atau barang dagangan)
b.
Masih dalam proses produksi untuk
diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam prose/pengolahan)
c.
Akan dipergunakan untuk produksi
barang barang jadi yang kemudian dijual
d.
a, b, dan c benar
2. Metode
penentuan harga pokok persediaan yaitu.................
a.
Metode phisik dan perpetual
b.
Metode garis lurus
c.
Metode saldo menurun
d.
Metode angka tahun
3.
Jurnal untuk mencatat transaksi
pembelian dengan menggunakan metode phisik adalah...............
a.
Persediaan barang Rp. xxx
Utang
dagang/kas Rp.
xxx
b.
Pembelian Rp. xxx
Utang
dagang/kas Rp.
xxx
c.
Piutang dagang/kas Rp. xxx
Penjualan Rp.
xxx
d.
Harga Pokok Penjualan Rp. xxx
Persediaan Rp.
xxx
4.
FIFO singkatan dari First In First
Out yang artinya..........
a.
Masuk pertama keluar pertama
b.
Masuk terakhir keluar pertama
c.
Masuk pertama keluar terakhir
d.
Masuk terakhir keluar terakhir
5.
Metode penilaian persediaan adalah
kecuali............
a.
Metode Harga pokok atau harga pasar
mana yang lebih rendah
b.
Metode taksiran laba kotor
c.
Metode taksiran harga eceran
d.
Metode garis lurus
6.
Metode yang sering disebut dengan
metode COMWIL adalah..........
a.
Metode harga pokok atau harga pasar
mana yang lebih rendah
b.
Metode laba bersih
c.
Metode taksiran harga eceran
d.
Metode taksiran laba kotor
7.
Persediaan barang dagangan terdapat
pada jenis perusahaan dagang yang kegiatan utamanya adalah........
a.
Merusak barang dagangan
b.
Membeli dan menjual barang dagangan
c.
Mengirim barang dagangan
d.
Menyimpan barang dagangan
8.
Metode perhitungan persediaan dalam
metode perpetual yaitu............
a.
Rata-rata sederhana
b.
Rata-rata tertimbang
c.
Rata-rata bergerak
d.
a dan b benar
9.
Persediaan awal 1.000 unit harga per
unit Rp. 500,00 pembelian 300 unit @ Rp. 550,00 penjualan 750 unit. Berapa
besarnya harga pokok persediaan akhir jika menggunakan metode phisik FIFO
adalah.......
a.
Rp. 290.000,00
b.
Rp. 250.000,00
c.
Rp. 300.000,00
d.
Rp. 125.000,00
10. Berikut metode harga pokok
persediaan di bawah ini, kecuali.........
a.
FIFO c. FILO
b.
LIFO d. Average
Essay !
1.
Jelaskan perbedaan antara metode
phisik dengan metode perpetual !
2. Berikut ini transaksi transaksi yang
terjadi selama bulan Januari 2008 pada PT. Pelangi.
Jan 5
pembelian
100 unit barang dagang dengan harga Rp. 25.000,00/unit dengan beban
angkut Rp. 100.000,00
Jan 11
pembelian
25 unit barang dagang dengan harga Rp. 27.000,00/unit dengan beban angkut Rp. 25.000,00
Jan
12 dikembalikan barang sebanyak 3
unit atas pembalian tanggal 11 Jan
Jan 13
penjualan
50 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit
Jan 22 pembelian 50 unit barang dagang
dengan harga Rp. 28.000,00/unit dengan beban angkut Rp. 50.000,00
Jan 27 penjualan 60 unit barang dagang
dengan harga Rp. 50.000,00/unit
Jan
28 diterima pengembalian barang atas
penjualan tanggal 27 Jan
Jan 30 penjualan 50 unit barang dagang
dengan harga Rp. 50.000,00/unit
Persediaan
barang dagangan pada tanggal 1 januari 2008 sebanyak 80 unit dengan harga pokok
Rp. 24.000,00/unit dan seluruh transaksi dilaksanakan secara cash.
Diminta :
Hitunglah persediaan pada tanggal 31 januari 2008, apabila Perusahaan menggunakan metode
Perpetual.
3.
PD. SEJAHTERA mencatat mutasi
persediaan barang CX menurut system inventarisasi fisik. Persediaan barang
dinilai pada tiap akhir bulan, dengan data transaksi bulan Februari 2011
sebagai berikut .
Februari 1, Sediaan
awal 4.000kg @4.550
Februari 4, Pembelian 5.000kg @4.800 kepada PT.
Sentosa secara kredit faktur no.024 dengan beban angkut pembelian
sebesar 200.000
Februari 8, Penjualan 6.600kg @7.200 kepada Toko
Selamet secara kredit faktur no.031
Februari 15, Pembelian 4.000kg @5.000 kepada PD. Maju
Lancar secara kredit faktur no.012 dengan beban angkut pembelian
160.000
Februari 17, Penjualan 6.400kg @7.500 kepada Toko Koko
secara tunai. Faktur no.04
Februari 19, Diterima pengembalian barang sebanyak 300kg
atas penjualan tanggal 17 Februari faktur no. 06
Februari 22, Pembelian 4.000kg @5.300 kepada CV. Abadi
secara kredit faktur no. 088 dengan beban angkut pembelian
150.000
Februari 23, Dikembalikan barang 800kg kepada CV. Abadi
faktur no. 68
Februari 25, Diterima hasil penjualan atas transaksi
tanggal 8 faktur no.42
Februari 26, Pembelian
3.000kg @5.200 kepada PT. Suka Jaya secara kredit faktur no.92 dengan beban angkut pembelian 120.000
Februari 27, Dibayar
utang atas transaksi tanggal 4 februari faktur no. 04
Februari 28, Dibayar
gaji karyawan 2.000.000
Setelah dilakukan
pemeriksaan & perhitungan fisik, sisa barang CX pada tanggal 28 Februari
2011 digudang terdapat sisa sebanyak 6.500kg dengan masing-masing karung berisi
100kg (neto), yang terdiri dari :
30 karung @5.300
25 karung @5.200
10 karung @5.000
Diminta : Tentukan nilai persediaan akhir barang CX tanggal 28 Februari 2011 dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata Sederhana, Rata-rata Tertimbang dan Tanda Pengenal Khusus !
30 karung @5.300
25 karung @5.200
10 karung @5.000
Diminta : Tentukan nilai persediaan akhir barang CX tanggal 28 Februari 2011 dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata Sederhana, Rata-rata Tertimbang dan Tanda Pengenal Khusus !
4.
Sebutkan beberapa alasan mengapa
perusahaan menggunakan metode taksiran laba kotor didalam menentukan besarnya
harga pokok persediaannya!
5.
Sebutkan langkah-langkah untuk
menentukan harga pokok persediaan dengan menggunakan metode taksiran laba kotor
!
6. Pada
tanggal 1 April 2012, perusahaan mengalami kebakaran yang menghabiskan seluruh
gedung perusahaan termasuk persediaan yang tersimpan didalamnya,namun beberapa
catatan akuntansi terutama yang berhubungan dengan persediaan masih dapat
diselamatkan. Berikut ini informasi yang dikutip dari catatan akuntansi
tersebut:
Persediaan 1
Januari Rp. 43.200.000,00
Pembelian Rp.
339.000.000,00
Potongan
pembelian Rp. 6.500.000,00
Retur
pembelian Rp. 3.100.000,00
Penjulan Rp.
478.000.000,00
Potongan
penjualan Rp. 5.300.000,00
Retur penjualan Rp. 4.100.000,00
Biaya angkut pembelian Rp. 2.400.000,00
Biaya umum Rp. 28.900.000,00
Biaya penjualan Rp. 55.700.000,00
Diminta :Dengan metode laba kotor, hitunglah jumlah
persediaan yang terbakar pada tanggal 1 April 2012 jika selama 4 tahun
terakhir, prosentase rata-rata laba kotor terhadap penjualan bersih adalah 30%
0 komentar:
Posting Komentar